Bagi seorang penulis yang terbiasa menorehkan secerca
pemikiran akademis lewat karya ilmiah atau sejenisnya, tentu sistematika Lembar
Pengesahan, Abstrak, Latar Belakang, Rumusan Masalah, dan seterusnya adalah hal
yang sudah dianggap “biasa”. Namun kali ini saya ingin menyoroti satu bagian yang
suatu waktu membuat saya tergelitik dan “tersindir”, yaitu Tujuan.
Mengapa tersindir? Ya, siapapun tahu bahwa Tujuan
seyogiannya adalah hasil copy dan paste dari Rumusan Masalah, se-simple itu.
Tinggal mengubah beberapa kata di awal dan mengganti tanda tanya di akhir
menjadi titik. Bahkan beberapa penulis ilmiah muda tak jarang membingungkan
kemiripan antara Rumusan Masalah dan Tujuan, “kok mirip banget?”, “kok copy
paste?”.

Lalu, apa penulisan Tujuan hanya sebagai pemanis semata? Atau
mungkin hanya akal-akalan saintis lampau agar karyanya menjadi sok intelek
tanpa tahu pasti makna penulisan Tujuan? Oh, tentu saja tidak. Suatu waktu otak
saya pernah tersenggol dengan bagaimana hidup ini berawal dan apa makna utama
yang akan kita peroleh di akhir nanti. Kehidupan ini pada dasarnya tersusun
atas satu Tujuan besar yang tersusun atas Tujuan-Tujuan kecil. Apapun ideologi
anda, di tulisan ini saya ingin menyoroti ideologi saya pribadi yang boleh jadi
akan sependapat atau mungkin silang pendapat. Ideologi ke-Tuhanan yang
menggiring saya akan kepercayaan bahwa Tujuan hidup saya adalah penyembahan
kepada Sang Pencipta yang pada akhirnya akan kita pertanggungjawabkan di akhir
kelak. Ibaratlah sebuah karya ilmiah, Tujuan hidup tersebut merupakan Tujuan utama
yang dicanangkan di awal Bab untuk menjadi landasan langkah-langkah ilmiah yang
akan anda ambil selanjutnya.
Bukan seperti binatang, manusia adalah makhluk Tuhan yang
kreatif dan dinamis. Ya, tentu akan memaknai tujuan utama penciptaan tidak
hanya aktivitas ibadah yang konservatif, namun mereka yang cerdas akan memaknai
seluruh kegiatan mereka untuk beribadah. Makan untuk beribadah, mencari uang untuk
ibadah, kaya untuk ibadah, punya mobil untuk ibadah, dan aneka pernak-pernik
lain yang diujungkan untuk ibadah. Anggaplah bentuk-bentuk ibadah di atas
adalah segenap rangkaian penelitian yang anda lakukan di Bab III, Metodologi,
yang sepantasnya tidak boleh lepas dari landasan teori pada Bab 2. Pada Bab 2
inilah panduan dan tuntunan jalan perlakuan anda selama penelitian, mungkin
dalam kehidupan nyata ibaratkan Bab ini adalah pesan-pesan Tuhan agar manusia
selamat hingga di akhir penelitian, hingga di akhir kehidupan.
Namun terkadang manusia terlalu terlena dengan Manfaat yang
ia tulis di awal bab, persis tertulis setelah Tujuan. Ia terlena dengan aneka
nikmat dari serangkaian proses yang perlu ia jalani hingga ia melupakan makna
kehadirannya di dunia, hingga ia lupa Tujuan yang telah ia tulis tepat di atasnya.
Inilah pentingnya agar seorang penulis ilmiah perlu mampu membedakan apa itu
Tujuan dan apa itu Manfaat. Tujuan akan menjadi bahan pertanggungjawaban di
akhir bab nanti, sedangkan Manfaat adalah hal-hal positif yang dapat diambil
selama atau setelah serangkaian proses penelitian dilakukan. Begitupun dengan
manusia, kebanyakan mereka melupakan Tujuan utama mereka di dunia ini, mereka
hanyut dalam hingar bingar Manfaat. Apa akibatnya? Mereka lalai dengan Tujuan
besar yang telah ia canangkan dari proses kehidupan yang ia tempuh, mereka
memilih menikmati serangkaian Manfaat semu yang hanya ia peroleh selama
kehidupan, namun tidak setelah kehidupan.
Kelalaian terhadap Tujuan Penelitian, dan gelapnya mata oleh
Manfaat Penelitian akan berakibat fatal pada gagalnya penelitian yang
dilakukan. Simpulan yang ditarik di Bab 5 akan lepas dan tidak korelatif dengan
serangkaian proses yang anda jalani, jika anda melupakan Tujuan anda. Sebaik-baik
ilmuan adalah ia yang sistematis sesuai dengan Tujuan risetnya, secerdas-cerdas
manusia adalah ia yang fokus dengan Tujuan kehidupannya.
Sumber : http://nanda-idea.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar