Rabu, 28 Mei 2014

Jangan menyendiri, Keluarlah! Lihatlah sekelilingmu!


Sepi sunyi senyap kadang bisa menjadikan hati tentram bagi sebagian orang namun bisa terasa menyiksa bagi sebagian lainnya. Kadang ada orang yang merasa nyaman dengan merenung ditempat yang sepi tanpa hiruk pikuk orang lain yang sibuk dengan urusannya. Tetapi ada pula yang merasa tersiksa ketika dia sendiri tanpa teman yang menemani.
Termasuk manakah anda?
Beruntunglah anda ketika anda merasa bahwa anda akan tersiksa tanpa teman. Karena memang itulah sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa ingin selalu berinteraksi dengan orang lain. Namun jangan lupa hati hati juga ketika berteman. Pentingnya memilih teman ada disini.
Namun apa daya ketika seseorang itu tercipta dalam hasrat ingin menyendiri? Ini sangat buruk. Mengurung diri di kamar, belajar sendiri, berangkat kerja atau kuliah sendiri, tak mau interaksi dengan teman atau kaku dalam berinteraksi adalah sedikit hal yang biasa orang penyendiri lakukan. Termasuk saya sendiri. Hhe

Bagaimana Aku Menemukan Ide yang Brilian?




Akhir-akhir ini banyak temanku yang tanyakan bagaimana aku mendapatkan sebuah gagasan yang luar biasa diluar kerangka pikir kebanyakan orang. Mereka ribut, berebut, dan saling sahut menyahut memaksaku menjelaskan secara rinci step by step terangkainya ide yang brilian. Bahkan, mereka pun merayu rayu, seolah olah penjelasanku ini merupakan resep makanan ala koki masak restoran bintang lima atau juga resep Kentucky, McD, dan Ayam Bakar Mas Mono yang rahasia pembuatan produknya dicari cari banyak orang itu.
Actually, aku tak sehebat yang kalian pikirkan. Aku hanya menyederhanakan segala kekompleksan memori, pemikiran, juga pikiranku dalam otak. Dalam proses berpikir, aku selalu berpikir keras memutar otak bagaimana penjelasan termudah yang dapat dipahami orang lain. Latar belakang kulakukannya cara ini adalah kesulitanku menyampaikan pendapat ditengah forum baik ilmiah, penting, sampai yang ringan.
Penjelasan mengenai penggalian ide yang baik itu sebenarnya sangat rumit dan didasari oleh banyak teknik ataupun cara berpikir tergantung pada individu masing masing. Namun, terdapat benang merah yang pasti dilalui oleh seorang yang ingin berinovasi dalam segala hal tak terkecuali. Secara sederhana, keyword prosedur step by step adalah sebagai berikut:

Tujuan dan Manfaat

Bagi seorang penulis yang terbiasa menorehkan secerca pemikiran akademis lewat karya ilmiah atau sejenisnya, tentu sistematika Lembar Pengesahan, Abstrak, Latar Belakang, Rumusan Masalah, dan seterusnya adalah hal yang sudah dianggap “biasa”. Namun kali ini saya ingin menyoroti satu bagian yang suatu waktu membuat saya tergelitik dan “tersindir”, yaitu Tujuan.

Mengapa tersindir? Ya, siapapun tahu bahwa Tujuan seyogiannya adalah hasil copy dan paste dari Rumusan Masalah, se-simple itu. Tinggal mengubah beberapa kata di awal dan mengganti tanda tanya di akhir menjadi titik. Bahkan beberapa penulis ilmiah muda tak jarang membingungkan kemiripan antara Rumusan Masalah dan Tujuan, “kok mirip banget?”, “kok copy paste?”.

Suatu hari saya pernah terketuk oleh suatu renungan yang menurut saya relevan dengan bagaimana ringannya menorehkan Tujuan dalam setiap karya ilmiah yang pernah saya tulis. Berawal dari makna Tujuan. Tujuan merupakan satu atau lebih poin yang akan menjadi titik penyimpulan akhir dari seluruh proses pembuatan karya ilmiah, entah dari hasil penelitian eksperimental maupun literatural. Serumit apapun proses ilmiah yang dijalani, pada akhirnya akan kembali ke Tujuan. Sekompleks apapun pembahasan terhadap hasil penelitian yang kita tuliskan dengan berbagai landasan pustaka, toh kesimpulan yang akan ditarik juga tidak pernah menyimpang dari Tujuan yang telah anda tuliskan dengan sederhana di awal karya.